KERTA GOSA
Kerta Gosa adalah obyek wisata
peninggalan budaya Kraton Semarapura, yang difungsikan sebagai tempat
untuk mengadili perkara dan tempat upacara keagamaan terutama Yadnya
atau potong gigi (mepandes) bagi putra-putri raja. Dari berbagai sumber
menyebutkan, fungsi kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan
lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit
bangunan. Lukisan-lukisan itu, konon, merupakan rangkaian dari suatu
cerita dengan tema pokok parwa, Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang
memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya
perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan
kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya. Secara psikologis,
tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa
memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan-lukisan di
bangunan sejarah itu dibagi menjadi enam deretan secara
bertingkat-tingkat. Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal
dari ceritera Tantri. Deretan kedua dari bawah menggambarkan tema
cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya
bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema
Palalindon, yaitu ciri dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis.
Lanjutan cerita bertemakan Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima
yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di
deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan
nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang
juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa,
tepatnya di Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan
wayang dengan tema cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma. Pengambilan
tema Kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang
merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya,
yaitu kegiatan potong gigi putra-putri raja di Klungkung.
Daya tarik Kerta Gosa, selain berupa
lukisan-lukisan tradisional bergaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale
Kambang, juga terletak pada peninggalan penting lainnya yang masih
berada di sekitarnya. Sebagai pemedal agung (pintu gerbang atau gapura),
peninggalan-peninggalan ini tak dapat dipisahkan nilai sejarahnya.
Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat
memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada peninggalan sejarah
ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura
inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan
pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun
(1686-1908). Pada perang melawan ekspedisi militer Belanda yang dikenal
sebagai peristiwa Puputan Klungkung, 28 April 1908, pemegang tahta
terakhir Dewa Agung Jambe dan para pengikutnya gugur. Rekaman peristiwa
ini kini diabadikan dalam monumen Puputan Klungkung yang terletak di
seberang Kerta Gosa. Setelah kekalahan tersebut, bangunan inti Kraton
Semarapura (jeroan) dihancurkan dan dijadikan tempat pemukiman penduduk.
Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang
dengan Taman Gili-nya serta Gapura Kraton.
Bangunan-bangunan ini kini menjadi salah satu
objek wisata budaya yang menarik, khususnya dari kajian historisnya.
Apalagi, Kerta Gosa ternyata pernah difungsikan sebagai balai sidang
pengadilan selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung
(1908-1942) dan sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala daerah
kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada tahun
1929. Bahkan, bekas perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja kayu
dengan ukiran dan cat prade masih ada. Benda-benda itu merupakan
bukti-bukti peninggalan lembaga pengadilan adat tradisional, seperti
pernah diberlakukan di Klungkung dalam periode kolonial (1908-1942) dan
periode pendudukan Jepang (1043-1945). Pada tahun 1930, pernah dilakukan
restorasi terhadap lukisan-lukisan wayang yang terdapat di Kerta Gosa
dan Bale Kambang oleh para seniman lukis dari Kamasan. Restorasi lukisan
terakhir dilakukan tahun 1960 sebagai bagian dari upaya melestarikan
seni budaya sekaligus meningkatkan geliat pariwisata Bali.
Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali
Posting Komentar