PURA BESAKIH
Pura Besakih adalah sebuah komplek
pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten
Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura
dan 1 Pura Utama. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh
Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam
kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar,
terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan
merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih.
Di Pura Penataran
Agung terdapat 3 arca utama Tri Murti Brahma, Wisnu dan Siwa yang
merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur.
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat
ibadah terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan
latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di
pulau Bali yang dipercaya sebagai arwah serta alam para Dewata. Sehingga
tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan suci
Pura Besakih yang bermakna filosofis. Makna filosofis yang terkadung di
Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan
yang meliputi: Sistem pengetahuan, Peralatan hidup dan teknologi,
Organisasi sosial kemasyarakatan, Mata pencaharian hidup, Sistem bahasa,
Religi dan upacara, dan Kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu
diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud
budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun
masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap
ontologi dan tahap fungsional.
Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan
dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten
Karangasem Provinsi Bali. Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik
Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu
dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang
berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun
padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu. Latar belakang keberadaan
bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai
tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut
sebagai istana Dewa tertinggi.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan
jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang
bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas
kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu. Dalam budaya
masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi
sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari
mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur
budaya yang berkembang, sehingga mempengaruhi perubahan wujud budaya
ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan
tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep
ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam
bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan
aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga
ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu di
Bali.
Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali
Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali
Posting Komentar