Kami Siap melayani anda

Kami Siap melayani anda

Hubung kami di No :

08174810824 (xl) 082145929577(simpati) email : gedesetiawan80@gmail.com

BALI "DODE" RENTCAR

BALI "DODE" RENTCAR

Paket Hemat ( Sewa Termurah)

Paket Hemat Termurah kami tawarkan untuk anda, Keluarga dan teman - teman sebagai berikut :

- Sewa Per 10 Jam/ setiap 10 Jam mobil Avanza   Rp. 400.000,-
- Sewa Per 10 Jam/ setiap 10 Jam mobil Innova    Rp.  550.000,-
- Sewa Per 10 Jam/ setiap 10 Jam mobil Fortuner  Rp. 700.000,-


KERTA GOSA




Kerta Gosa adalah obyek wisata peninggalan budaya Kraton Semarapura, yang difungsikan sebagai tempat untuk mengadili perkara dan tempat upacara keagamaan terutama Yadnya atau potong gigi (mepandes) bagi putra-putri raja. Dari berbagai sumber menyebutkan, fungsi kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Lukisan-lukisan itu, konon, merupakan rangkaian dari suatu cerita dengan tema pokok parwa, Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya. Secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan-lukisan di bangunan sejarah itu dibagi menjadi enam deretan secara bertingkat-tingkat. Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Deretan kedua dari bawah menggambarkan tema cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema Palalindon, yaitu ciri dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan cerita bertemakan Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa, tepatnya di Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang dengan tema cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma. Pengambilan tema Kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya, yaitu kegiatan potong gigi putra-putri raja di Klungkung.
Daya tarik Kerta Gosa, selain berupa lukisan-lukisan tradisional bergaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, juga terletak pada peninggalan penting lainnya yang masih berada di sekitarnya. Sebagai pemedal agung (pintu gerbang atau gapura), peninggalan-peninggalan ini tak dapat dipisahkan nilai sejarahnya. Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada peninggalan sejarah ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun (1686-1908). Pada perang melawan ekspedisi militer Belanda yang dikenal sebagai peristiwa Puputan Klungkung, 28 April 1908, pemegang tahta terakhir Dewa Agung Jambe dan para pengikutnya gugur. Rekaman peristiwa ini kini diabadikan dalam monumen Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa. Setelah kekalahan tersebut, bangunan inti Kraton Semarapura (jeroan) dihancurkan dan dijadikan tempat pemukiman penduduk. Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili-nya serta Gapura Kraton.
Bangunan-bangunan ini kini menjadi salah satu objek wisata budaya yang menarik, khususnya dari kajian historisnya. Apalagi, Kerta Gosa ternyata pernah difungsikan sebagai balai sidang pengadilan selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada tahun 1929. Bahkan, bekas perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja kayu dengan ukiran dan cat prade masih ada. Benda-benda itu merupakan bukti-bukti peninggalan lembaga pengadilan adat tradisional, seperti pernah diberlakukan di Klungkung dalam periode kolonial (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945). Pada tahun 1930, pernah dilakukan restorasi terhadap lukisan-lukisan wayang yang terdapat di Kerta Gosa dan Bale Kambang oleh para seniman lukis dari Kamasan. Restorasi lukisan terakhir dilakukan tahun 1960 sebagai bagian dari upaya melestarikan seni budaya sekaligus meningkatkan geliat pariwisata Bali.

Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali

Pura Ulun Danu Bratan



Pura Ulun Danu Bratan  berlokasi di sisi barat Danau Bratan, Dataran Tinggi Bedugul pada ketinggian 1239 meter di atas permukaan laut. Danau Bratan sendiri dulunya adalah bagian dalam dari kawah Gunung Catur. Sebagai salah satu pusat irigasi di Pulau Bali, pura ini dibangun memuja Dewi Danu atau dewi danau. Umat datang untuk bersembahyang di sini dan berdoa mengharapkan panen yang berlimpah. Berdasar pada manuskrip kuno dari Kerajaan Mengwi, Pura Ulun Danu Bratan dibangun tahun 1633 oleh I Gusti Agung Putu / Agung Anom, Raja Mengwi. Setelah melewati gerbang utama, ada stupa besar dengan ukiran, kemudian terlihat pura utama Pura Teratai Bang.
Ada juga pura yang lebih kecil Pura Dalem Purwa, yang dibangun untuk memuja dewi makanan dan minuman. Di pinggir danau ada pula dua pura dengan meru bertingkat. Yang besar dengan meru 11-tingkat adalah rumah dewa penjaga Gunung Mangu. Gunung Mangu sendiri adalah tempat tinggal Dewa Wisnu, sehingga pura tersebut dibangun untuk memuja Dewa Wisnu. Pura lainnya adalah Lingga Petak yang lebih kecil dan lebih ke arah tengah danau. Pura dengan meru 3-tingkat ini dibangun untuk memuja Dewa Siwa, dan hanya bisa dicapai menggunakan perahu. Ketika pura direnovasi tahun 1968, ditemukan 3 buah batu berbentuk bulat dan panjang pada pondasinya, masing-masing berwarna merah, putih, dan hitam. Batu yang putih dipercaya sebagai lingga simbol Dewa Siwa yang melambangkan kesuburan.

Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali 

PURA BESAKIH

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura dan 1 Pura Utama. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. 


Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca utama Tri Murti Brahma, Wisnu dan Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur. Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat ibadah terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai arwah serta alam para Dewata. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan suci Pura Besakih yang bermakna filosofis. Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi: Sistem pengetahuan, Peralatan hidup dan teknologi, Organisasi sosial kemasyarakatan, Mata pencaharian hidup, Sistem bahasa, Religi dan upacara, dan Kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.
Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu. Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu. Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga mempengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu di Bali.

Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali 

Pura Tanah Lot

Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan, yaitu pura-pura yang merupakan sendi-sendi pulau Bali. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Beliau adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. 

Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Beliau menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Beliau juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben akhirnya menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.

Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali 

Gunung Batur Kintamani

Obyek Wisata Kawasan Batur atau lebih dikenal dengan kawasan Kintamani terletak di Desa Batur, Kecamatan Kintamani Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli. Obyek Wisata Kawasan Batur berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut dengan suhu udaranya berhawa sejuk pada siang ahri dan dingin pada malam hari. Untuk mencapai lokasi ini dari Ibu Kota Bangli jaraknya 23 km. Obyek wisata ini dapat dilalui dengan kendaraan bermotor, karena lokasi ini menghubungkan kota Bangli dan kota Singaraja. Sedangkan rute obyek, menghubungkan Obyek Wisata Kawasan Batur dengan Obyek Wisata Tampaksiring dan Besakih. Sumber-sumber yang menyebutkan tentang Batur adalah Lontar Kesmu Dewa. Lontar Usana Bali dan Lontar Raja Purana Batur. Disebutkan bahwa Pura Batur sudah ada sejak jaman Empu Kuturan yaitu abad X sampai permulaan abad XI. Luasnya areal dan banyaknya pelinggih-pelinggih maka diperkirakan bahwa Pura Batur adalah Penyiwi raja-raja yang berkuasa di Bali, sekaligus merupakan Kahyangan Jagat. Di Pura Batur yang diistanakan adalah Dewi Danu yang disebutkan dalam Lontar Usana Bali yang terjemahannya sebagai berikut: Adalah ceritera, terjadi pada bulan Marga Sari (bulan ke V) waktu Kresna Paksa (Tilem) tersebutlah Betara Pasupati di India sedang memindahkan Puncak Gunung Maha Meru dibagi menjadi dua, dipegang dengan tangan kiri dan kanan lalu dibawa ke Bali digunakan sebagai sthana Putra beliau yaitu Betara Putrajaya (Hyang Maha Dewa) dan puncak gunung yang dibawa tangan kiri menjadi Gunung Batur sebagai sthana Betari Danuh, keduanya itulah sebagai ulunya Pulau Bali. Kedua Gunung ini merupakan lambang unsur Purusa dan Pradana dari Sang Hyang Widhi. Pura Batur merupakan tempat Pemujaan Umat Hindu di seluruh Bali khususnya Bali Tengah, Utara dan Timur memohon keselamatan di bidang persawahan. Sehingga pada saat puja wali yang jatuh pada Purnamaning ke X (kedasa) seluruh umat terutama pada semua kelian subak, sedahan-sedahan datang ke Pura Batur menghaturkan Suwinih. Demikian kalau terjadi bencana hama.
Nama obyek wisata kawasan Batur disesuaikan dengan potensi yang ada yaitu Gunung Batur dan Danau Batur. Nama Pura Batur berasal dari nama Gunung Batur yang merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan di emong oleh Warga Desa Batur. Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur berada di kaki sebelah Barat Daya Gunung Batur. Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Batur ini, maka Pura bersama warga desa Batur dipindahkan di tempat sekarang. Sisa-sisa lahar yang membeku berwarna hitam, Gunung Batur tegak menjulang, Danau Batur teduh membiru, merupakan suatu daya tarik bagi setiap pengunjung. Dari Penelokan dapat memandang birunya Danau Batur dan buih-buih ombak yang menepi menemani sopir boat saat melayani wisatawan dan penumpang umum dalam setiap penyeberangan dari Desa Kedisan ke Desa Trunyan. Para nelayan juga mewarnai kesibukan di Danau Batur mengail ikan mujair yang hasil tangkapannya di jual di pasar Kota Bangli, sehingga di Bangli dikenal dengan sate mujairnya yang merupakan makanan ciri khas Kabupaten Bangli.
Desa Trunyan adalah salah satu desa di Kintamani yang cukup unik, terletak di sebelah timur bibir danau Batur, letak ini sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani, hanya sampai di desa Kedisan. Dari Kedisan ke desa Trunyan orang harus menyeberang danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung. Selain jalan air, Trunyan juga dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui desa Buahan dan Abang. Hawa udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius. Danau Batur dengan ukuran panjang 9 km dan lebar 5 km merupakan salah satu sumber air dan sumber kehidupan agraris masyarakat Bali selatan dan timur. Atraksi yang menarik dari desa Trunyan adalah tata cara penguburan jenazah bagi penduduknya yang telah meninggal. Hal ini secara spesifik terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu: meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal. Yang kedua adalah dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.


Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Prov Bali

SYARAT DAN KETENTUAN







Syarat dan ketentuan sewa mobil di Bali Dode RentCar :
  1. Sewa mobil dengan jasa sopir di hitung selama 10 jam per hari, kelebihan waktu (over time) akan di kenakan biaya sebesar 10% dari harga sewa kendaraan per hari atau sesuai dengan biaya extra time pada halaman price list kami per jamnya
  2. Kerusakan kendaraan yang terjadi karena kelalaian, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Ginasti Rent Car
  3. Pembatalan sewa mobil dapat dilakukan paling lambat selama 2×24 Jam sebelum jatuh hari sewa. Pembatalan sewa mobil 2×24 jam DP tidak dapat diminta kembali.
  4. Sistem pembayaran sewa mobil yaitu uang muka minimal 30%  dari harga yang di sepakati.
  5. Jika anda mengirim uang melalui Bank BRI dan BCA, cukup info kepada kami via SMS, email, telephone atau Live Chat, kami akan mengechek di internet, kemudian kami akan mengirimkan invoice atau bukti pembayaran ke alamat email anda.
  6. Booking mobil bisa melalui hotline kami baik SMS, Telpon, BBM maupun email kami, kami siap melayani Anda 24 Jam
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SEWA MOBIL TERMURAH DIBALI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger